Langkah Nyata Hadapi triple planetary crisis, Kita Menanam

Dunia tengah menghadapi triple planetary crisis yaitu, perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati. Sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, pemulihan kualitas lingkungan hidup, dan percepatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaksanakan kegiatan penanaman serentak di Indonesia, salah satunya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kegitan ini juga sekaligus membangkitkan semangat, motivasi dan menggerakkan seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menanam dan memelihara pohon.

[BSILHK] Dunia tengah menghadapi triple planetary crisis yaitu, perubahan iklim, polusi dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati. Ketiganya saling terkait dan sangat mendesak untuk diatasi. Dalam situasi krisis seperti ini, kita harus mengedepankan paradigma kolaborasi dan Kerjasama. Demikian dikatakan Ir. Ary Sudijanto, MSE Ketika membacakan sambutan Menteri LHK, dalam kegiatan Penanaman serentak di Indonesia pada Sabtu, 30 Desember 2023 di KHDTK Olesonbei, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT).

Lebih lanjut menurut Ary dampak perubahan iklim telah nyata kita rasakan baik di tingkat tapak, regional dan global, antara lain keterlambatan musim tanam, terjadinya gagal panen, peningkatan wabah dan hama tanaman, penurunan produktivitas tanam. Selain itu terjadi peningkatan tinggi permukaan air laut dan hilangnya daratan, yang mengancam terutama wilayah-wilayah kepulauan.

Perubahan iklim juga meningkatan kejadian bencana, terutama bencana hidrometeorologis serta ancaman kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity loss). Oleh sebab itu keberadaan pohon dan tutupan lahan yang baik akan meningkatkan daya dukung alam dalam mitigasi perubahan iklim, ketahanan pangan, energi dan kesejahteraan seluruh mahluk hidup.

Kegiatan Penanaman serentak di Indonesia ini sebagai bagian dari upaya mitigasi perubahan iklim, pemulihan kualitas lingkungan hidup, dan percepatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, sekaligus membangkitkan semangat, motivasi dan menggerakkan seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk menanam dan memelihara pohon.

Berdasarakan Keputusan Menteri LHK No. 306 tahun 2018 tentang penetapan lahan kritis nasional, luas lahan kritis Indonesia masih mencapai 14 juta Ha oleh sebab itu upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada lahan kritis merupakan salah satu program pemerintah untuk memulihkan daya dukung dan daya tampung lingkungan khususnya pada Daerah Aliran Sungai (DAS).

Aksi mitigasi perubahan iklim melalui penanaman pohon penghijauan, pelindung dan peneduh sebagai bentuk peran aktif Masyarakat dalam mengurangi peningkatan konsentrat Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfir Bumi sekaligus sebagai pencegahan terjadinya banjir dan menciptakan Ruang Terbuka Hijau yang nyaman bagi masyarakat.

Bersamaan dengan kegiatan penanaman dilakukan juga penyerahan Keputusan Green Ambassador yang merupakan generasi muda yang akan menjadi pionir hebat, agen perubahan dan pemimpin masa depan. Penting bagi Indonesia mempersiapkan generasi muda yang kreatif, produktif, inovatif dan berdedikasi untuk melestarikan lingkungan hidup dan kehutanan.

Diakhir sambutanya Kepala BSILHK berpesan kepada peserta bahwa alam adalah amanah bagi kita, untuk dikelola dengan baik. Menjadi kewajiban kita untuk bersama-sama melindungi dan merawatnya dari kerusakan. Kita harus mengambil langkah konkret Demi mewujudkan dunia yang lebih baik dan berkelanjutan. **

Bagikan Berita / Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *