Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kembali menegaskan komitmennya dalam menghadapi tantangan kesehatan dan lingkungan di kawasan Asia Pasifik. Dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-5 Forum Regional Asia Pasifik tentang Kesehatan dan Lingkungan The Asia-Pacific Regional Forum On Health And Environment (APRFHE), Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong menyampaikan pencapaian besar Indonesia selama satu dekade terakhir.
Selama periode 2014-2024, Indonesia berhasil mencapai sejumlah kemajuan signifikan di bidang lingkungan hidup seperti yang disampaikan oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pidato pembukaan Pertemuan Menteri ke-5 APRFHE. Salah satu pencapaian terbesar adalah penanganan kebakaran hutan dan lahan. Pada tahun 2015 Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan terbesar dalam sejarah, dengan 2,6 juta hektar terdampak.
Namun pada tahun 2023, melalui penguatan sistem peringatan dini, penggunaan teknik modifikasi cuaca dan peningkatan partisipasi masyarakat, area terdampak berhasil dikurangi hingga 1,16 juta hektar. Ini mencerminkan keberhasilan signifikan Indonesia dalam mengelola bencana alam yang berdampak luas.
Selain itu, kegiatan pemulihan lingkungan menjadi prioritas penting lainnya. Melalui penguatan pengawasan izin lingkungan dan upaya pemulihan berkelanjutan, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indonesia meningkat dari skor 68,23 (kategori sedang) pada tahun 2015 menjadi 72,54 (kategori baik) pada tahun 2023. Perbaikan ini menandakan peningkatan signifikan dalam kualitas air, tanah, udara, dan lingkungan laut di seluruh negeri.
Pencapaian besar lainnya adalah dalam ekonomi karbon, di mana Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 1,229 juta ton CO2e yang sebagian besar berasal dari sektor Kehutanan dan Penggunaan Lahan (FoLU). Melalui program FoLU Net Sink 2030, Indonesia berharap dapat mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 dengan memperkuat perannya dalam memerangi perubahan iklim di tingkat global.
“Indonesia memainkan peran kunci dalam memerangi perubahan iklim dengan memanfaatkan sumber daya alam dan memimpin upaya adaptasi iklim regional”, ungkap Alue. Ia menyatakan bahwa Pencapaian Indonesia dalam pemulihan lingkungan dan ekonomi karbon menunjukkan komitmen kuat untuk melindungi kesehatan publik dan lingkungan.
Dalam konteks adaptasi iklim dan kesehatan publik, Indonesia juga menonjol sebagai pemimpin regional. Laporan Penilaian Keenam IPCC (2022) menyoroti dampak perubahan iklim terhadap peningkatan penyakit. Indonesia bersama 148 negara lainnya menandatangani Deklarasi COP28 tentang iklim dan kesehatan yang menekankan pentingnya meningkatkan sistem kesehatan yang adaptif terhadap penyakit yang dipengaruhi oleh perubahan iklim, serta pengembangan layanan informasi kesehatan terkait iklim. Hal ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mengintegrasikan kesehatan publik ke dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, memastikan bahwa bangsa ini siap menghadapi tantangan masa depan.
Sebagai bagian dari pertemuan ini, para delegasi juga bekerja untuk menyusun Deklarasi Jakarta sebagai komitmen bersama untuk pembangunan berkelanjutan. Deklarasi ini akan menjadi kerangka kerja bagi kolaborasi antar negara anggota APRFHE dengan tujuan mempromosikan kesehatan dan lingkungan yang lebih baik serta pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Alue menyatakan, "Dengan Deklarasi Jakarta, kita berharap menciptakan fondasi yang kokoh untuk pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik. Deklarasi Jakarta diharapkan menjadi kerangka kerja untuk kolaborasi antar negara, mempromosikan kesehatan dan lingkungan yang lebih baik”. Dengan kerja sama yang solid dan peningkatan kapasitas institusional, Indonesia bersama negara-negara anggota APRFHE berharap dapat menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan di kawasan ini secara kolektif.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan APRFHE, diadakan kegiatan Social Program yaitu Family Bike dengan tujuan untuk menjaga dan mempererat kekeluargaan di antara para peserta forum serta meningkatkan semangat kerja sama antarnegara. Acara ini tidak hanya menjadi ajang untuk berolahraga dan bersenang-senang, tetapi juga sebagai sarana membangun hubungan yang lebih dekat antara delegasi. Melalui kebersamaan dalam aktivitas bersepeda ini, diharapkan kolaborasi yang harmonis dapat tercipta dan semakin memperkuat ikatan kerja sama yang telah terjalin di antara negara-negara anggota APRFHE.
Dengan menempuh rute bersepeda bersama sepanjang 3-4 km di kawasan PIK Jakarta, peserta dapat menikmati kebersamaan di luar konteks formal yang pada akhirnya akan semakin memperkuat kemitraan dan komunikasi antarnegara anggota APRFHE.(*)
_____
Jakarta, KLHK, 26 September 2024
Website:
www.ppid.menlhk.go.id