Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko mengungkapkan kebutuhan manusia untuk kembali ke alam itu makin tinggi. Oleh karenanya, sekarang populer yang namanya forest healing dan jungle run. Di sisi lain, perlu diantisipasi juga agar tidak mengancam kelestarian alam.
"Agar fungsi alam tetap optimal, hutannya tetap baik dan lestari, kita membutuhkan para pejuang konservasi, salah satunya yaitu para peserta Jambore Konservasi Alam hari ini," ujar Satyawan dalam sambutannya saat membuka Jambore Konservasi Alam Tahun 2024 di Bumi Perkemahan Kali Pasang, Semarang, Selasa (27/8/2024).
Jambore Konservasi Alam Tahun 2024 berlangsung tiga hari pada tanggal 27 - 29 Agustus 2024. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi generasi muda konservasi dan untuk lebih mengenalkan keberadaan kawasan konservasi kepada generasi muda.
Peserta jambore sebanyak 200 orang, berasal dari kader konservasi alam, kelompok pecinta alam, pramuka, pelajar, mahasiswa, Green Leadership Indonesia, dan Green Youth Movement yang berasal dari UPT Ditjen KSDAE. Tahun ini, Jambore Konservasi Alam dilaksanakan di Bumi Perkemahan Kali Pasang, Kabupaten Semarang yang merupakan wilayah kelola Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.
"Saat ini kita memang tengah fokus meningkatkan peran generasi muda untuk menjaga agar alam ini tetap lestari dengan tagline 'Youth for Sustainable Nature'. Mengapa generasi muda? Karena generasi muda memiliki modal yang besar baik berupa semangat, energi, kreatifitas, keberanian, maupun potensi untuk menjadi agent of change," terangnya.
Satyawan menjelaskan generasi muda dapat menjadi agent of change dengan cara memiliki pengalaman yang riil ketika berinteraksi dengan alam, seperti yang saat ini dilakukan melalui Jambore Konservasi Alam. Kemudian, dengan pengalaman riil tersebut yang ditambah dengan dialog bersama narasumber yang tepat, mereka dapat memiliki pemahaman yang bagus dan pengertian yang cukup fundamental terhadap pentingnya alam. Dengan begitu, mereka bisa menjadi narasumber ketika berdiskusi dengan teman-temannya yang lain.
Kemudian, Satyawan mengatakan generasi muda juga sangat aktif dalam sosial media. Jadi, agent of change itu dapat dilakukan juga dengan menjadi 'influencer', dalam artian yang positif, yang memang mengarah kepada bagaimana menggerakkan kekuatan kaum muda yang sangat besar ini, untuk bersama-sama melakukan konservasi alam.
"Pesan saya pada generasi muda untuk lebih terlibat, lebih mempunyai engagement, lebih 'merangkul' teman-teman yang lain, sehingga komitmen Indonesia nanti terkait dengan banyak hal misalnya mitigasi perubahan iklim, dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca bisa tercapai, sekaligus target-target pembangunan yang lain, penyelamatan ekosistem daratan dan lautan, menciptakan kehidupan yang sehat, bisa dicapai dengan kontribusi kaum muda, yang diharapkan semakin lama semakin meningkat," katanya.
Mengakhiri sambutannya, Satyawan berharap Jambore Konservasi Alam ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sebagai wahana pembelajaran konservasi bagi generasi muda, melalui keterlibatan aktif peserta jambore dan dedikasi para instruktur dalam meningkatkan pengetahuan mengenai konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
"Dan yang penting bisa memberikan pengalaman dan kesan yang baik bagi semua peserta," ungkapnya.
Selanjutnya, Direktur Jenderal KSDAE Satyawan Pudyatmoko melakukan prosesi pengalungan nametag kepada dua orang perwakilan peserta sebagai pertanda dimulainya Jambore Konservasi Alam. Agenda dilanjut dengan tanya jawab antara Dirjen KSDAE dengan sejumlah peserta jambore.
Turut hadir pada kesempatan tersebut Pj. Gubernur Jawa Tengah yang diwakili oleh Kepala Dinas LHK Provinsi Jawa Tengah, Bupati Semarang yang diwakili oleh Kepala Dinas LH Kabupaten Semarang, Forkompimda Kabupaten Semarang, Pejabat Tinggi Pratama Ditjen KSDAE, Kepala UPT Ditjen KSDAE, tokoh masyarakat dan mitra konservasi.
__________
Jakarta, KLHK, 27 Agustus 2024
Website:
www.ppid.menlhk.go.id