background

Fokus bsi

post image

PERTIKAWAN Subcamp 3 BSILHK: Pengalaman Seru Belajar Seputar Standar Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Bogor, 28 September 2024 – Kegiatan Subcamp 3: Badan Standardisasi Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BSILHK) pada Perkemahan Bakti Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti (PERTIKAWAN) Nasional 2024 resmi ditutup oleh Nur Sumedi, Sekretaris Badan mewakili Kepala Badan, Sabtu (28/09/2024). Penutupan kegiatan ini ditandai dengan pelepasan peserta Subcamp gelombang kedua untuk kembali ke Maincamp di Cibubur. Sebelumnya, gelombang pertama telah terlebih dahulu dilepas, Kamis (26/09/2024).

Kepada peserta yang telah mengikuti keseruan belajar seputar standar lingkungan hidup dan kehutanan di Kampus BSILHK Gunung Batu Bogor, Sekretaris Badan berpesan tentang peran penting generasi muda dalam pelestarian lingkungan dan masa depan kehutanan Indonesia. "Pengalaman yang Kakak-Kakak Pramuka dapatkan di sini harus menjadi lebih dari sekadar kenangan," tegas Sekretaris Badan. "Pramuka adalah agen perubahan yang akan menjaga kelestarian bumi ini. Tantangan lingkungan semakin besar, dan kalian harus menjadi garda terdepan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih hijau, dan lebih berkelanjutan," tambahnya.

Selain itu, Sekretaris Badan juga menekankan pentingnya semangat kebersamaan dan gotong-royong yang telah ditanamkan selama kegiatan. "Kalian telah menunjukkan kerja sama yang baik, saling mendukung, dan berbagi ilmu. Ini adalah nilai-nilai yang harus kalian bawa pulang dan kembangkan, karena menjaga lingkungan bukanlah tugas individu, melainkan tanggung jawab bersama,” kata Sekretaris Badan. “Pesan Kakak, tetap jaga kekompakan Subcamp 3 baik di Maincamp nanti maupun setelah kembali ke daerah masing-masing, tetap jaga silaturahmi," tutup Sekretaris Badan dengan rasa haru dan penuh harapan.

 

Pengalaman Seru Belajar Seputar Standar Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Selama lima hari di Subcamp 3 BSILHK mulai 24 s.d 28 September 2024, sekitar 110 orang pramuka, yang terbagi atas gelombang pertama dan gelombang kedua diajak seru-seruan belajar seputar standar lingkungan hidup dan kehutanan berupa sesi-sesi tematik. Di hari pertama masing-masing gelombang, kepada peserta diperkenalkan profil BSILHK. Sekretaris Badan selaku nara sumber menyampaikan isu-isu lingkungan hidup dan kehutanan saat ini, dan bagaimana peran BSILHK sebagai Badan yang memproduksi standar lingkungan hidup dan kehutanan.

"Kita ketahui bersama bahwa saat ini bumi sedang menghadapi tantangan triple planetary crisis, yang terdiri atas perubahan iklim, penurunan biodiversitas, dan pencemaran lingkungan. Tetapi saya yakin dengan semangat dan keterampilan yang kalian miliki, kita bisa menghadapai tantangan-tantangan tersebut dan berkontribusi nyata dalam menyelamatkan bumi kita," ujar Sekretaris Badan.

Dalam kesempatan ini, Sekretaris Badan juga menerangkan isu-isu yang menjadi prioritas BSILHK sebagai unit kerja yang memiliki fungsi pelayanan (service function) di Kementerian LHK. "Fokus-fokus besar dalam kebijakan standardisasi ini adalah perijinan berusaha, FOLU Net Sink, ekonomi sirkular, dan Ibu Kota Nusantara (IKN)," ungkapnya saat menjelaskan profil BSILHK.

Terkait Pramuka, Sekretaris Badan juga mendorong agar mengembangkan keterampilan dan kecakapannya dalam krida-krida Saka Kalpataru dan Saka Wanabakti, yang disesuaikan dengan kondisi dan tantangan menghadapi triple planetary crisis. "Krida-krida yang melekat erat pada setiap jiwa pramuka ini juga erat kaitannya dengan aksi-aksi yang dapat dilakukan dalam menjaga hutan dan lingkungan, khususnya dalam aksi mendukung mitigasi maupun adaptasi perubahan iklim," terangnya.

Di penghujung acara, para pramuka mengikuti sesi tanya-jawab seputar permasalahan lingkungan hidup dan kehutanan, yang dilanjutkan sesi praktik pembuatan eco-brick yaitu pengelolaan sampah ramah lingkungan dari Dharma Wanita BSILHK sebagai pengelola Bank Sampah Cendana. "Kegiatan ini adalah upaya kita memanfaatkan limbah plastik menjadi barang yang berguna bagi kehidupan," ujar Ibu Astana saat membuka acara.

Salah satu peserta, Ratih dari Bengkulu menyampaikan apresiasinya tentang eco-brick. “Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk mengurangi limbah plastik, dan saya sangat berterima kasih kepada BSILHK yang telah menyelenggarakan kegiatan ini,” kata Ratih.

 

Mengenal Apa Itu Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim

Mengawali Seri Tematik PERTIKAWAN Sub Camp 3 BSILHK, Pusat Standardisasi Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim mengajak pramuka untuk mengenal lebih dekat apa itu Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim di Ruang Sudiarto, BSILHK.

Dipandu langsung oleh Kepala Pustandpi, Krisdianto, para pramuka mengikuti berbagai permainan kelompok dan diskusi interaktif sebagai upaya penyebarluasan informasi dan pengembangan kapasitas diri. Sebanyak 65 pramuka tampak antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung selama 1,5 jam ini. Tidak lupa untuk menambah semangat peserta, mereka berkesempatan untuk mencoba berbagai alat peraga dan mendapat doorprize menarik.

 

Mengulik Mobil Lab: Miniatur 8 Laboratorium Lingkungan

Selanjutnya, kepada para pramuka, Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup mengenalkan delapan laboratorium lingkungan. Dalam kesempatan ini, Kepala Subbagian Tata Usaha, Erni Arsih Yulianti, menyampaikan pentingnya laboratorium dalam mendukung penyusunan standar instrumen lingkungan.

"PSIKLH memiliki laboratorium udara, air dan limbah cair, tanah dan limbah padat, biologi, kebisingan dan getaran, kalibrasi, toksikologi, serta laboratorium merkuri dan metrologi lingkungan," jelasnya.

Jauhari, Analis Data Standardisasi dan Sri Endah Kartiningsih, Pengendali Dampak Lingkungan menerangkan bahwa laboratorium yang berlokasi di kawasan BRIN, Serpong, Kota Tangerang Selatan ini, berfungsi sebagai Laboratorium Rujukan Nasional dan juga mendukung program pengurangan dan penghapusan merkuri di Indonesia.

"Indonesia bertekad menjadikan laboratorium ini sebagai centre of excellence untuk pengujian dan penelitian merkuri, tidak hanya di Asia Tenggara, tetapi di Asia Pasifik. Harapannya, Indonesia dapat bebas dari merkuri pada tahun 2030," lanjutnya.

Dalam kesempatan ini para pramuka juga diajak melihat beragam alat uji yang dimiliki PSIKLH, yang diangkut menggunakan mobil lab. Alat-alat ini memperlihatkan teknologi terkini dalam pengujian parameter kualitas lingkungan. Hal ini cukup memancing antusiasme para pramuka dalam berdiskusi terkait isu-isu pencemaran lingkungan dari daerah mereka masing-masing.

 

Salah satu pramuka, Ratna Fitriani dari Lampung mengangkat masalah pencemaran merkuri akibat tambang emas di daerahnya. Dijelaskan Jauhari, menjelaskan bahwa bahaya merkuri dalam pertambangan emas tidak dapat diabaikan, terutama karena merkuri yang terlepas ke udara dapat terakumulasi dalam tubuh manusia dan hewan, berdampak dalam jangka panjang. "Mari kita berperan aktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat sekitar tentang bahaya merkuri ini," pesan Jauhari kepada para pramuka.

 

Pesona Xylarium dan Penangkaran Rusa: Wawasan Baru

 

“Perpustakaan biasanya identik dengan buku. Ini yang unik, Xylarium Bogoriense adalah perpustakaan kayu terbesar di dunia, yang menjadi kebanggaan Indonesia, dengan koleksi lebih dari 200.000 spesimen. Adik-adik dapat melihat ribuan jenis kayu, yang masih-masing memiliki ciri khas yang unik. Tentu akan memperkaya wawasan kalian semua,” ujar Dr. Wening Sri Wulandari, Kepala PuSTARhut kepada peserta PERTIKAWAN.

Ratna, peserta dari Lampung, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. "Saya sangat senang mendapat ilmu baru tentang perkayuan ini. Saya tidak menyangka Indonesia memiliki perpustakaan kayu terbesar di dunia," ujarnya sumringah. Kesempatan untuk mengamati ‘wajah’ kayu melalui alat khusus milik Xylarium menambah pengalaman mereka. Tabitha, peserta dari Papua, juga terpukau melihat struktur kayu yang berbeda-beda. “Saya sangat senang berada di sini, bisa melihat langsung bahwa setiap kayu memiliki karakter unik,” ujarnya penuh kekaguman.

Peserta juga diperkenalkan dengan penangkaran rusa yang dimiliki PuSTARhut sebagai salah satu sumber informasi perumusan standar pengelolaan satwa. Dalam paparannya, Mery menjelaskan bahwa PuSTARhut memiliki dua lokasi penangkaran rusa, yaitu di Gunung Batu dan Dramaga, dengan total 39 ekor rusa dari tiga jenis: Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), dan Rusa Bawean (Axis kuhli). “Penangkaran ini telah dilakukan sejak 2004 dan terus diawasi oleh para ahli untuk memastikan kesejahteraan rusa,” jelasnya.

Para peserta sangat antusias mendengar penjelasan tentang rusa-rusa yang ditangkar. Rama dari Yogyakarta menyatakan kekagumannya, “Sungguh menarik mengetahui bahwa ada penangkaran rusa di dalam komplek kantor. Melihat rusa-rusa tersebut tumbuh sehat menambah kesan mendalam bagi saya.”

Acara diakhiri dengan kuis dan doorprize yang disambut peserta dengan gembira. Izza dari NTB menjadi salah satu pemenang kuis mengungkapkan, “Acaranya sangat seru, dan terima kasih atas hadiahnya!”

 

Peran Pramuka dalam Ekonomi Sirkular

Sesi tematik ditutup dengan ajakan Pusat Fasilitasi Penerapan Standar Instrumen LHK (Pusfaster) agar Pramuka berperan dalam ekonomi sirkular ekonomi sirkular, karena ekonomi sirkular merupakan solusi untuk masa depan berkelanjutan. ”Dengan meningkatnya populasi dan konsumsi, sumber daya alam semakin terbatas. Ekonomi sirkular menawarkan solusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,” kata Rossi dalam paparannya.

Disampaikan bahwa salah satu upaya untuk mendukung ekonomi sirkular adalah dengan ekolabel. “Ekolabel adalah logo/label pernyataan yang menunjukkan aspek lingkungan dan merupakan salah satu perangkat dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Ekolabel merupakan sarana penyampaian informasi yang akurat, verifiable, dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya (ISO 14020),” jelas Rossi. “Registrasi Ekolabel dilakukan oleh Pusfaster”, tambahnya.

Dengan interaksi dua arah dengan peserta, disampaikan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan Pramuka dalam perannya mendukung ekonomi sirkular yaitu dengan melakukan kebiasaan daur ulang sampah; Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai; Hemat listrik & air; Membeli dan menggunakan produk dengan ekolabel. Sesi ditutup dengan kuis melalui aplikasi kahoot, yang diikuti para pramuka dengan antusias.

 

Belajar Cara Membuat Kertas dan Pembuatan Arang Karbon

Cara pembuatan kertas dari serat pohon dan pembuatan arang karbon sebagai inovasi pemanfaatan hasil hutan oleh Prof. Gustan Pari, peneliti BRIN menjadi bekal terakhir yang dibagikan kepada peserta PERTIKAWAN 2024 Subcamp 3 gelombang kedua. Dijelaskan bahwa produk arang terpadu yaitu arang kompos dan asap cair dapat digunakan sebagai pengganti pupuk dan pestisida kimia. Selain itu juga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kehutanan, pertanian dan perkebunan.

“Produk arang terpadu dapat mengembalikan kesuburan tanah. Pemakaiannya sebagai pengganti pupuk dan pestisida kimia adalah keputusan bijaksana yang memerlukan dukungan atau kebijakan institusi terkait,” kata Prof. Gustan. “Produksi arang terpadu dapat dilakukan oleh masyarakat dengan teknologi sederhana dan menjadi peluang usaha yang dapat dikelola sebagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di pedesaan,” tambahnya.

Mendengar berbagai kegunaan asap cair, para peserta antusias mengajukan berbagai pertanyaan, dan pertanyaan terbaik diganjar dengan hadiah. Di akhir sesi, peserta ditantang mencicipi asap cair yang bermanfaat juga bagi tubuh.  

 

Melihat Keanekaragaman Flora di Kebun Raya Bogor

Setelah berbagai sesi pembekalan tersebut, para peserta diajak berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Di sana, para pramuka diajak menjelajahi keindahan alam sekaligus mengamati kekayaan keanekaragaman flora yang ada di dalamnya. Banyak dari peserta yang sangat terkesan dengan kunjungan ke Kebun Raya Bogor ini.

Bagi Septhia dari Lampung, kunjungan ke Kebun Raya ini adalah pengalaman yang sangat berkesan. "Ini pertama kali saya ke sini, dan sangat menyenangkan melihat berbagai tanaman langka di tempat yang begitu teduh dan indah," kata Septhia antusias.

Sementara Risda dari DKI Jakarta menyampaikan kekagumannya atas perubahan yang terjadi di Kebun Raya. "Dulu saat kecil saya pernah ke sini, tapi sekarang tempat ini jauh lebih tertata dan nyaman. Kesan yang sangat berbeda dan lebih baik," ujarnya dengan senyum puas.

Sesi kunjungan bersama ke Kebun Raya Bogor menjadi penutup yang manis bagi peserta PERTIKAWAN Subcamp BSILHK gelombang pertama dan awal yang inspiratif bagi peserta gelombang kedua sebelum memulai aktivitas Subcamp di Kampus BSILHK Gunung Batu, Bogor.

 

Malam Keakraban: Kreasi Seni dan Berbagi Pengalaman

Penuh keceriaan sambil mengelilingi api unggun, para pramuka menampilkan kreasi seni dan budaya serta ajang berbagi pengalaman pada malam keakraban, malam puncak Subcamp 3 BSILHK.

Abdullah, peserta asal Maluku, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kesempatan ini. "Wawasan saya tentang konservasi lingkungan dan kehutanan kian bertambah. Saya termotivasi untuk menjadi bagian dari generasi hijau yang handal," ujarnya dengan rasa haru menjelang momen perpisahan.***

 

Kontributor: Ayu Sita; Mamay Maisaroh; Risda Hutagalung

Editor: Risda Hutagalung

Foto-foto: Tim Dokumentasi



Bagikan Berita / Artikel
Pengaduan
PENGADUAN